RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF,
DAN PSIKOMOTORIK
PENDAHULUAN
Penilaian adalah upaya atau tindakan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau
tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan
proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus
senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar
adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi
hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta
didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang
telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif),
dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu
erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses
evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat
bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga
jenis domain (daerah binaan
atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses
berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai
atau sikap (affective domain)
c) Ranah
keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil
belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran
dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil
belajar adalah:
1) Apakah
peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah
diberikan pada mereka?
2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
3) Apakah
materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret
dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek
penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang
paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ranah Penilaian
Kognitif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
2.1.1 Pengertian Ranah Penilaian
Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam
ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau
aspek yang dimaksud adalah:
- Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall)
atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif
pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan
dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran
kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
- Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan
atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar
ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas
pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan jelas.
- Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang
baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat
lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar
kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang
penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari
baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
- Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk
merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung
dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa
dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
- Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang
merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu
proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.
Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta
didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah
diajarkan oleh islam.
- Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir
paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi
disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar
kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang
manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat
menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang
yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada
kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji
dilaksanakan dalam sehari-hari.
Keenam jenjang berpikir yang
terdapat pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom itu, jika diurutkan secara
hirarki piramidal adalah sebagai tertulis pada gambar 1.
Keenam jenjang berpikir ranah
kognitif bersifat kontinum dan overlap (tumpang tindih), dimana ranah yang
lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya. Overlap di antara enam
jenjang berfikir itu akan lebih jelas terlihat pada gambar 2.
Penilaian (Evaluation)
Sintesis (Syntesis)
Analisis (Analysis)
Penerapan (Aplikation)
Pemahaman (Comprehensi)
Pengetahuan (Knowledge)
GAMBAR 1. Enam jenjang berpikir pada ranah kognitif
6
5
4
3
2
1
GAMBAR 2. Overlap antara enam jenjang pada ranah
kognitif.
Keterangan : Pengetahuan (1) adalah merupakan jenjang berpikir paling dasar. Pemahaman (2) mencakup pengetahuan
(1). Aplikasi atau penerapan (3)
mencakup pemahaman (2)dan pengetahuan (1). Sintesis (5) meliputi juga analisis (4), aplikasi (3), pemahaman
(2) dan pengetahuan (1). Evaluasi (6)
meliputi juga sintesis (5) , analisis (4), aplikasi (3), pemahaman (2) dan
pengetahuan (1).
Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.
2.1.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian
Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal,
mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara
hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta
didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman
peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri,
memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik
dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada
tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke
dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta
menemukan hubungan sebab—akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut
untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan
mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang
termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif
adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering
berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu
evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang
berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
- Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
- Tingkat pemahaman
(comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan
kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. - Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
- Tingkat analisis (analysis),
analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. - Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
- Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada
dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan
beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan
sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali
diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan
terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Tabel Kaitan antara kegiatan
pembelajaran dengan domain tingkatan aspek kognitif
No
|
Tingkatan
|
Deskripsi
|
1
|
Pengetahuan
|
Arti: Pengetahuan terhadap fakta,
konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
|
2
|
Pemahaman
|
Arti:pengertian terhadap hubungan
antar-faktor, antar konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan
kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨ Mengungkapakan
gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri
¨ Membedakan
atau membandingkan
¨ Mengintepretasi
data
¨
Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨ Menjelaskan
gagasan pokok
¨ Menceritakan
kembali dengan kata-kata sendiri
|
3
|
Aplikasi
|
Arti: Menggunakan pengetahuan
untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari
Contoh kegiatan:
|
4
|
Analisis
|
Artinya: menentukan bagian-bagian
dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar
bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
|
5
|
Sintesis
|
Artinya: menggabungkan berbagai
informasi menjadi satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai berbagai
gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v Membuat desain
v Menemukan solusi
masalah
v Menciptakan produksi
baru,dst.
|
6
|
Evaluasi
|
Arti: mempertimbangkan dan menilai
benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.
|
2.1.3 Contoh Pengukuran Ranah
Penilaian Kognitif
Apabila melihat kenyataan yang ada
dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan
beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan
sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang
sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan
terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar
ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1)
tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4)
uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6)
menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah
Kognitif adalah:
1.
Ingatan (C1) yaitu kemampuan
seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol,
istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
2.
Pemahaman (C2) yaitu kemampuan
seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan
menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
3.
Penerapan (C3), yaitu kemampuan
berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip,
simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan,
memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan,
mengklasifikasikan, mengubah struktur.
4.
Analisis (C4), Kemampuan
berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek menjadi
lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis,
menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
5.
Sintesis (C5), Kemampuan
berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola
yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan,
menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
6.
Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir
untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai,
metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu
sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan,
mempertimbangkan dan menentukan.
Contohnya siswa dibina kompetensinya
menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus. Namun, untuk dapat melukis
jaring-jaring kubus setidaknya diperlukan pengetahuan (kognitif) tentang
bentuk-bentuk jaring kubus dan cara-cara melukis garis-garis tegak lurus.
2.2 Pengertian Ranah Penilaian
Afektif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
2.2.1 Pengertian Ranah Penilaian
Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata
pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata
pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak
mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa
hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci
lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1)
receiving (2) responding
(3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex
Receiving atau attending (= menerima atua
memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol
dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving
atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik
dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau
meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif
jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan,
sifat malas dan tidak di siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (= menanggapi) mengandung
arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini
lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih
jauh atau menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau
menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu
kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan
akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif
yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam
proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai
yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau
fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu
mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa
peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar
efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta
didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
Organization (=mengatur
atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur
atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain.,
pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif
jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional
yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari
kemerdekaan nasional tahun 1995.
Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini
proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki
nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena
sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah
memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu
yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya
menetap, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada
jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik
menjadikan perintah Allah SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan,
baik kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.
Secara skematik kelima jenjang
afektif sebagaimana telah di kemukakan dalam pembicaraan diatas, menurut A.J
Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai berikut:
Ranah afektif tidak dapat diukur
seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur
adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi,
dan Karakteristik suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk mengukur
ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala
sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku
pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek
tersebut, sedangkan konasi
berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk
pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau
ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang
diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan
negatif.
Salah satu skala sikap yang sering
digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang
diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan
sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
2.2.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian
Afektif
Pemikiran atau perilaku harus
memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen,
1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua,
perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah
afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau
kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya
cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki
perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan
orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan
itu baik atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran
dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah
perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu
skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai
arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang
ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi
terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini
bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh
seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa
cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar
bahwa target kecemasannya adalah tes.
Ada 5 tipe karakteristik afektif
yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan
moral.
- Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan
untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat
dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian
melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat
diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan
konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan
untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975)
sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif
atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta
didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata
pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999).
Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih
positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding
sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu
pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta
didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih
positif.
2.
Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah
suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang
untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk
tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa
Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara
umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan
untuk:
- mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
- mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
- pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
- menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan didik yang memiliki
peserta minat sama, f. acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara
keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
- mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
- bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
- meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3.
Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah
evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang
dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah
afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi
seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya
bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai
tinggi.
Konsep diri ini penting untuk
menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta
didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan
motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat
dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai
berikut:
- Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
- Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
- Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
- Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
- Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
- Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
- Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
- Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
- Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
- Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
- Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
- Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
- Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
- Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
- Peserta didik mampu menilai dirinya.
- Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
- Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4.
Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968)
merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang
dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau
situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide,
target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai
dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan
tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai
disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas,
atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan
kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek,
aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan
kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik
menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik
untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap
masyarakat.
- Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas
tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan
antara judgement moral dan
tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran
respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana
sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan
salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap
tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi
orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang
berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan
keyakinan seseorang.
Ranah afektif lain yang penting
adalah:
- Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
- Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
- Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
- Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
Tabel Kaitan antara kegiatan
pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif
Tingkat
|
Contoh kegiatan pembelajaran
|
Penerimaan (Receiving)
|
Arti : Kepekaan (keinginan
menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian
terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
- senang membaca puisi
- senang mengerjakan soal
matematik
- ingin menonton sesuatu
- senang menyanyikan lagu
|
Responsi (Responding)
|
Arti : menunjukkan perhatian aktif
melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi
(mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
ü
mentaati aturan
ü
mengerjakan tugas
ü
mengungkapkan perasaan
ü
menanggapi pendapat
ü
meminta maaf atas kesalahan
ü
mendamaikan orang yang bertengkar
ü
menunjukkan empati
ü
menulis puisi
ü
melakukan renungan
ü
melakukan introspeksi
|
Acuan Nilai
( Valuing)
|
Arti : Menunjukkan konsistensi
perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih
menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
|
Organisasi
|
Arti : mengorganisasi nilai-nilai
yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai
memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana memantapkan
suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana-mana
Tingkatan : konseptualisasi suatu
nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
|
2.2.3 Contoh Pengukuran Ranah
Penilaian Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif
yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar.
Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a)
laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,
b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar
pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur
seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur
adalah:
- Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
- Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
- Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
- Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi
falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah
laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
Skala yang sering digunakan dalam
instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan
Skala Beda Semantik.
Contoh Skala Thurstone: Minat
terhadap pelajaran sejarah
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|
Saya senang balajar sejarah
|
|||||||
Pelajaran sejarah bermanfaat
|
|||||||
Pelajaran sejarah membosankan
|
|||||||
Dst….
|
Contoh Skala Likert: Minat terhadap
pelajaran sejarah
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|
||||
|
||||
|
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama
Pembelajar:_____________________________
No
|
Deskripsi
|
Ya/Tidak
|
1
|
Saya lebih suka membaca
dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain
|
|
2
|
Banyak yang dapat saya ambil
hikmah dari buku yang saya baca
|
|
3
|
Saya lebih banyak membaca untuk
waktu luang saya
|
|
4
|
Dst…………..
|
2.3 Pengertian Ranah Penilaian
Psikomotorik, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik
2.3.1 Pengertian Ranah Penilaian
Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan
oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak
dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif
dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta
didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi
kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan
terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah; (1) peserta didik bertanya
kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang
telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lain-lain;
(2) peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau
brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan;
(3) peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di
sekolah, atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat
lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di
tengah-tengah kehidupan masyarakat; (4) peserta didik menganjurkan kepada
teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik di sekolah,
di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat; (5) peserta didik dapat
memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah
sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan
tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang
telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain; (6) peserta didik dapat
memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar,
disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam
menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain; (7) peserta
didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan,
dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan lain-lain, dan (8) peserta
didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan
dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan
sebagainya.
2.3.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian
Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan
hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya.
Tabel Kaitan antara kegiatan
pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik
Tingkat
|
Deskripsi
|
I. Gerakan Refleks
|
Arti: gerakan refleks adalah basis
semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
- mengupas mangga dengan pisau
- memotong dahan bunga
- menampilkan ekspresi yang
berbeda
- meniru gerakan polisi
lalulintas, juru parkir
- meniru gerakan daun berbagai tumbuhan
yang diterpa angin
|
II Gerakan dasar (basic
fundamental movements)
|
Arti: gerakan ini muncul tanpa
latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat
ditebak
Contoh kegiatan belajar:
|
III. Gerakan Persepsi
( Perceptual obilities)
|
Arti : Gerakan sudah lebih
meningkat karena dibantu kemampuan perseptual
Contoh kegiatan belajar:
¨ menangkap bola,
mendrible bola
¨ melompat dari satu
petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga keseimbangan
¨ memilih satu objek
kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi
¨ membaca melihat terbangnya
bola pingpong
¨ melihat gerakan
pendulun menggambar simbol geometri
¨ menulis alfabet
¨ mengulangi pola
gerak tarian
¨ memukul bola tenis,
pingpong
¨ membedakan bunyi
beragam alat musik
¨ membedakan suara
berbagai binatang
¨ mengulangi ritme
lagu yang pernah didengar
¨ membedakan berbagai
tekstur dengan meraba
|
IV. Gerakan Kemampuan fisik
(Psycal abilities)
|
Arti: gerak lebih efisien,
berkembang melalui kematangan dan belajar
Contoh kegiatan belajar:
menggerakkan otot/sekelompok otot
selama waktu tertentu
berlari jauh
mengangkat beban
menarik-mendorong
melakukan push-up
kegiatan memperkuat lengan, kaki
dan perut
menari
melakukan senam
melakukan gerakan pesenam, pemain
biola, pemain bola
|
V. gerakan terampil (Skilled
movements)
|
Arti: dapat mengontrol berbagai
tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan
rumit (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
|
VI. Gerakan indah dan kreatif
(Non-discursive communicatio)
|
Arti: mengkomunikasikan perasaan
melalui gerakan
-
gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah
-
gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk
mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
v
kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr
v
melakukan senam tingkat tinggi
v
bermain drama (acting)
v
keterampilan olahraga tingkat tinggi
|
2.3.3 Contoh Pengukuran Ranah
Penilaian Psikomotor
Ada beberapa ahli yang menjelaskan
cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil
belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian
tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar
psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2)
kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3)
kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5)
keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat
dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan
harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada
saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau
sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat
dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan.
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain,
observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau
psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan
diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan
alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat
proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan
kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi
dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk
uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk
diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√) pada kolom jawaban
hasil observasi.
Tes untuk mengukur ranah
psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh
peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi,
tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan
melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan
penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang
penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga
seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2) Tes unjuk kerja
(work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan
melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat
tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas
di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja,
semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik
melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan
daftar cek (check-list)
ataupun skala penilaian (rating
scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur
berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang,
dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar
yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan
dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada
ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan
ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes
unjuk kerja atau lembar tugas.
Contohnya kemampuan psikomotor yang
dibina dalam belajar matematika misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur
(dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar
bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut,dll) atau
tanpa alat. Contoh lainnya, siswa dibina kompetensinya menyangkut kemampuan
melukis jaring-jaring kubus. Kemampuan dalam melukis jaring-jaring kubus secara
psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan
(jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah psikomotor
dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.
Dalam ranah psikomotorik yang diukur
meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan
perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi
auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4)
keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa
bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa
|
Mengerjakan Tugas (On-Task)
|
Tidak Mengerjakan Tugas (Off-Task)
|
Catatan Guru
|
Damar
|
|||
Ayu
|
|||
Dst…..
|
Tabel Instrumen (alat) Asesmen
Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical
Rating Scale
Nama : …………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
|
|||||
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek
kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan
dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan
dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan
selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak
selesai
( 0 = tidak ada usaha)
|
|||||
No
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Berdiri tegak menghadap penonton
|
||||
2.
|
Mengubah ekspresi wjah sesuai
dengan pernyataan
|
||||
3.
|
Berbicara dengan kata-kata yang
jelas
|
||||
4.
|
Tidak mengulang-ulang pernyataan
|
||||
5.
|
Berbicara cukup keras untuk
didengar penonton
|
PENUTUP
1) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak).
2) Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing
(4) organization (5) characterization by evalue or calue complex.
3) Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya
lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu.
4) Aspek
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan
mengevaluasi
5) Ciri ranah
penilaian afektif yaitu pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria
untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama,
perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal
perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas,
arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan.
Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari
senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat
dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau
negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai
negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka
karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu
pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan.
6) Ranah
kogniti berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya
kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan
kemampuan mengevaluasi
7) Cakupan yang
diukur dalam ranah Kognitif adalah: Ingatan (C1), Pemahaman (C2),
Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6).
8) Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,
Menghargai, Mengorganisasi.
9) Hasil
belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung
dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik
berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan
tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
(3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2)
gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik,
diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan
perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil,
(6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous. 2009. “Aspek Penilaian
dalam KTSP Bag 1 (Aspek Kognitif)”. (Online) http://massofa.wordpress.com/feed/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2009
Anonymous. 2009. “Sistem Penilaian”.
(Online) http://smak.yski.info/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2009
Anonymous. 2009. “Pengembnagan
Perangkat Penilaian Psikomotor dan Prosedur Penilaian”.(Online) http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/17/pengembangan-perangkat-penilaian-psikomotor/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2009
Anonymous. 2009. “Pengukuran Ranah
Kognitif, Afektif, dan Psikomotor”. (Online) http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/08/pengukuran-ranah-kognitif-afektif-dan.html. Diakses Tanggal 10 Oktober 2009
Anonymous. 2009. “Pengembangan
Perangkat Penilaian Afektif”. (Online) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/15/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-penetapan-kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/. Diakses Tanggal 10 Oktober 2009
Anonymous. 2009. “Penilaian Ranah
Psikomotorik Siswa”. (Online) http://delapanratus.blogspot.com/2009/04/penilaian-ranah-psikomotorik-siswa.html. Diakses Tanggal 10 Oktober 2009
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset
Sri Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar