FILSAFAT ILMU
A.
PENGERTIAN
Pertanyaan
yang pokok yang harus dicari jawabanya adalah apakah filsafat itu. Tentu kia
sendiri sering mendengar bahwa
menggunakan kata filsafat. Telah banyak ahli filsafat yang memberikan
pengertian dan definisi tentang filsafat tetapi kebanyakan konsep yang
diberikan itu tidak sama. Hal itu karena terjadi masing-masing ahlifilsafat
atau filusuf itu mempunyai konsep yang diberikan tidak sama. Kata filsafat
berasal dari kata Yunani philasopia , terdiri dari kata philos yang berarti
cinta atau sahabat dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan ,kearifan atau
pengetahuan. Jadi philosopia berarti cinta kebijaksanaan , kearifan atau
pengetahuan. Jadi philosofia berarti cinta pada kebijksanaan atau cinta pada pengetahuan,
dalam belajar ini anda akan diajak
untuk memahami apa yang dilakukan para ahli filsafat atau filusup itu.
Anda tentu memahami bahwa dalam kegiatan sehari-hari seringkali manusia
mengalami hal-hal yang kurang dipahami sehingga menimbulkan pertayaan dalam
dirinya dan menggugah rasa ingin tahunya. Banyak peristiwa yang terjadi dalam
alam ini yang menakjubkan yang menimbulkan kekaguman, bahkan menakutkan.
Bintang-bintang yang berkedip dimalam hari, lautan biru yang senantiasa
bergerak, bahkan gempa bumi yan menghancurkan bangunan-bangunan dalam beberapa
contoh peristiwa alam yang dapat menimbulkan pertanyaan apakah yang sebenarnya
terjadi dan apakah yang menjadi asal
dari segala yang ada di alam ini.
Ada pendapat menyatakan bahwa filsafat itu
dalah ibi atau induk dari segala ilmu, mengapa demikian ? . Plato mengatakan
bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha unuk mencapai kebenaran yang murni. Rene
Des Cartes mengatakan bahwa filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan yang
bidang pembahasanya adalah tentang Tuhan, manusia dan alam semesta. Jadi
filsafat awalnya adalah meliputi segenap ilmu kemudian berkembang makin
rasional dan sistematis.
Mengingat semakin luasnya bidang-bidang yang
dibahas, para ahli membagi bidang studi filsapat dalam beberapa cabang atau
beberapa bagin-bagian filsapat yaitu :
1.
Epistimologi
berasal dari dua buah kata dalam bahasa Yunani, yakni Efisteme yang
berarti pengetahuan dan logos yang
berarti kata, pikiran atau ilmu. Jadi Efistemologi adalah cabang filsafat yang
membahas pengetahuan. Dalam hal ini yang dibahas antara lain adalah asal mula,
bentuk atau struktur, dinamika, validitas, dan metodologi, yang secara
bersama-sama membentuk pengetahuan manusia, (Ensiklopedi Indonesia, 1980)
2.
Istilah ini berasal dari kata Yunani metaphisika yang artinya setelah fisika cabang ini membahas cabang
filsafat yang membahas dasar dasar realiatas dan dierkenalkan oleh Andronikus
dari Rhodes dari kumpulan buku-buku yang ditulis oleh Aristoteles tentang
hakikat benda-benda yang kita lihat pada dunia nyata ini. Oleh Andronikus
kumpulan tulisan it ditempatkan setelah kmpulan tulisan tentang fisika .
Metafisika dibagi dam metafisika umum dan metafisika khusus. Metapisika umum
disebut juga ontologi.
3.
Logika adalah cabang atau bagian filsafat
yang menyusun , mengembangkan dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal ,
dan prosedur-prosedur normatif, serta kriteria yang shahih bagi penalaran dan
penyimpulan demi mencapai kebenaran yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
( Rapar, 1986 ). Sebagai ilmu , logika berasal dari pandangan
Aristoteles, meski ia tidak menyebutnya logika, tetapi filsafat analitika.
Istilah logika digunakan pertama kali oleh
Zero dari Citium (334-262 SM ) dari kata logikos dan kata ini berasal
dari kata logos yang artinya akal atau pikiran, sedangkan logikos mempunyai
arti sesuatu yang diutarakan dengan akal .
4.
Etika seringkali dinamakan filsafat moral,
karena cabang filsafat ini membahas baik dan buruk tingkah laku manusia. Jadi ;
dalam filsafat ini manusia dipandang dari segi prilakunya. Pada zaman Sokrates
etika ini amat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dapat pula dikatakan bahwa
etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya
manusia hidup dalam masyarakat. Jadi dalam filsafat ini manusia juga dipandang
dalam segi peranannya sebagai anggota masyarakat. Pada hakikatnya, nilai
tindakan manusia terkait pada tempat dan waku, disamping itu baik dan buruknya
prilaku manusia ditentukan oleh sudut pandang masyarakat.
5.
Estetika.
Seni dan keindahan merupakan persoalan yang ditelaah oleh cabang
filsafat estetika ini. Adapun yang
ditelah atau dibahas mengenai keindahan yaitu kaidah maupun sifat hakiki dan keindahan
; cara menguji keindahan dengan perasaan dan fikiran manusia; penilaian dan
apresiasi terhadap keindahan. Plato
mengemukakan pendapatnya bahwa seni adalah
keterampilan memproduksi sesuatu. Jadi, Apa yang dsebut hasil seni
adalah tiruan. Aristoteles sependapat
dengan Plato tetapi ia menganggap bahwa seni itu penting, karena seni
berpengaruh besar bagi kehidupan manusia sedangkan Plato berpendapat bahwa seni
itu tidak penting meskipun karya-karyanya yang berupa tulisan hingga sekarang
dinyatakan orang sebagai karya seni sastra yang terkenal.
6.
Filsafat Ilmu kadang disebut juga sebagai
flsafat khusus yaitu cabang filsafat yang membahas hakikat ilmu, penerapan
bernada metode filsafat dalam upaya mecari akal persoalan dan menemukan azas
realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut untuk mendapatkan
kejelasan yang lebih pasti. Dengan demikian penyelesaian masalah ilmunya menadi
lebih terarah. Jadi, sesungguhnya setiap disiplin ilmu memiliki filsafat
ilmunya sendiri. Misalnya Filafat hokum, filsafat sejarah, filsafat
pendididkan, Filsafat ilmu kealaman ,
Filsafat Matematika filsafat bahasa dan lain-lain.
- PERANAN FILSAFAT ILMU
Setelah
mempelajari dan memahami apa filsafat itu, serta bagaimana peranan filsafat
ilmu, maka diharapkan dapat menangkap inti persoalan yang dibahas serta
manfaatnya bagi pelaksanaan tugas-tugas. Hal ini diharapkan dapat menjelaskan
peranan filsafat ilmu secara lebih rinci .
Penguasaan
terhadap tujuan - tujuan yang sudah ditetapkan itu amatlah penting artinya
untuk membangun pemahaman dalam kajian filsafat pendididkan dalam suatu
pemecahan masalah, dalam pelaksanaan tugas sehari - hari.
Untuk
memudahkan mempelajari topik peranan filsafat ilmu ada dua kegiatan yaitu :
I.
Perkembangan
Ilmu, Ilmu Kealaman dan Ilmu Sosial
II. Kajian Bidang-bidang Filsafat Ilmu
1.1 .
Perkembangan Ilmu dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya pengetahuan itu merupakan
hasil tahu tentang sesuatu yang diperoleh melalui suatu usaha. Selain itu dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan yang terbentuk pada diri masing-masing individu
bergantung kepada pengetahuan dan pengalaman individu sebelumnya. Pengetahuan
juga dapat diperoleh dari informasi yang diberikan oleh orang orang lain kepada
kita, baik secara lisan maupun secara tulisan.
Pengetahuan
yang diperoleh dari suatu objek tertentu dan yang ingin kita hayati melalui
indera dan pemikiran. Pengetahuan ini biasa disebut pengetahuan saja atau dalam
bahasa inggris disebut knowledge. Pengetahuan itu dapat dapat pula diperoleh
melalui pengalaman yang tidak hanya melalui indera, tetapi juga diperoleh
melalui sutu eksperimen.
1.2 .
Ilmu Kealaman dan Ilmu Sosial. Ilmu kealaman sangat erat hubunganya dengan
teknologi kareana konsep-konsep dalam ilmu kealaman digunakan untuk membuat
produk teknologiseeri OHP ( overhead projector ), peralatan labratorium, media
elektronika. Akibatnya teknologi pendidikan berkembang sangat pesat seiring
dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Dengan mencermati pandangan-pandangan ini maka
dapat dikelompokan mana yang termasuk dalam ilmu pada umumnya, dan mana yang
termasuk dalam ilmu kealaman .
Connant dalam Science ,Man and Society,
menyatakan bahwa masyarakat awam memandang
Science sebagai aktivitas manusia
yang bekerja dalam laboratorium dan penemunya memungkinkan berjalannya industry
modern dan pembutan obat-obatan secara besar-besaran. Connant juga mengemukakan
bahwa scence merupakan serangkaian konsep dan skema koneptual yang dikembangkan
sebagai hasil eksperimen dan observasi yang berguna untuk selanjutnya. Suppe seorang ahli fisika,
berpendapat bahwa science adalah pengetahuan tentang alam ( natural world ) yang diperoleh dari
interaksi indra dengan dunia tersebut, dengan keterangan bahwa;
a.
Observasi dilakukan melalui indera
b.
Proses observasi mengandung interaksi dua arah antara orang
yang mengobservasi dan yang diobservasi
1.3 Ilmu Sosial
Pengetahuan tentang masyarakat dan tingkah laku timbul kemudian
dan dalam perkembangannya pengetahuan ini juga dipelajari menggunakan langkah
yang ilmiah pula. Dengan demikian, pengetahuan tentang masarakat dipandang
sebagai ilmu juga. Sebagai mahluk
jasmani rohani , manusia memiliki
berbagai macam kebutuhan yang pemenuhannya
kebanyakan harus dilakukan bersama orang lain scara kerjasama. Kebutuhan
tersebut disamping berupa kebutuhan biologis juga berwujud kebutuhan emosional
antara lain kasih sayang, pengakuan, penghargaan, pengertian, rasa aman dan
aktualiasi diri.
2. Kajian Bidang Fisafat
Ilmu
Dalam setiap ilmu dibahas perkembangan
ilmu, pengembangan konsep, kaitan antar konsep, pembentukan teori-teori baru
melalui peelitian, dan lain-lain. Pada hakikatnya kajian dalam filsafat ilmu
melipti ontology, epistemology, dan aksiologi ilmu tersebut.
Ontologi membahas hakikat ilmu;
pandangan-pandangan terhadap hakikat ilmu, termasuk pandangan erhadap sifat
atau ciri ilmu tersebut yang dapat berkembang sesuai perkembangan pemikiran
manusia. Epistemologi secara operasional membahas apa sarana dan bagaimana
memperoleh pengetahuan dalam ilmu-ilmu tertentu, yang terkait dengan
epistemology antara lain adalah logika, filsafat bahasa, analisis, wacana dan
matematika. Aksiologi membahas manfaat ilmu tertentu misalnya ilmu pendidikan
yang berkaitan dengan nilai kegunaannya bagi pembelajar dari segala kelompok
usia yang diselenggarakan baik dalam pendididkan formal maupun non formal.
Oleh karena pandangan filsafat itu sifatnya individual,
yaitu menyangkut keyakinan seseorang, terjadilah pandangan yang berbeda-beda
dalam mencapai tujuan atau dam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jadi ,
latar belakang pemikiran seseorang didasari oleh filsafat masing-masing
individu. Dalam setiap ilmu dikembangkan pendekatan dan metodologinya masing-masing
yang dikenal dengan istilah logic internal.
2.2 Ontologi
Dalam metafisika dan
ontologi dalam fisika diolongkan kedalam metafisika umum. Namun didalam
filsafat ilmu ontologi dikhususkan bagi ilmu tertentu. Pada awalnya para
ilmuwan tidak bebas dalam mengemukakan pendapat atau menyampaikan hasil penelitiannya
apabila pandangan tersebut bertentangan dengan pandangan filusuf penguasa atau
pemuka agama, ia akan dijatuhi hukuman. Ketidakbebasan para ilmuwan
mengemukakan hasil penelitiannya itu membuat kelompok minoritas memandang bahwa
meneliti dan mengambil kesimpulan secara ojektif ditujukan untuk pengembangan
ilmu tanpa menghiraukan aspek nilai dalam masyarakat. Sains merupakan ilmu yang
bebas nilai pada waktu itu. Dewasa ini para ilmuwan atau saintis harus memilih
objek penelitian yang tidak melanggar etika. Misalnya, tidak etis meneliti bagaimana
bentuk bayi yang dilahirkan dari manusia dengan gorilla melalui metode bayi
tabung atau kloning.
2.3 Epistemologi
Dalam melakukan penelitian ilmiah,
para ilmuwan berusaha memahami alam dan manusia, termasuk hubungan antar
manusia secara objektif melalui eksplorasi dan argumentasi. Selanjutnya
pengembangan ilmu dilakukan melalui pembentukan teori dengan mealui penelitian
tersebut. Hasil penelitian biasanya dikomunikasikan dan didiskusikan diantara
para ilmuwan yang menekuni bidang yang sama. Eksplanasi para ilmuan disebut
eksplanasi ilmiah.
2.4 Aksiologi
Dengan adanya persaingan
dalam perdagangan, industry memerlukan saintis untuk melakukan penelitan
laboratorium sebelum hasilnya dilempar ke pasar . Dewasa ini, hasil penelitia
ilmuwan sangat diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat .Misalnya, penelitian
dalam bidang industri. Produk ilmu juga dapat memberikan daya prediksi bagi keperluan
masyarakat. Sebagai contoh ilmu ekonomi dalam bentuk teori juga mengemukakan prediksi atau ramalan. Dewasa
ini dukungan matematika dalam ilmu ekonomi telah membuat daya prediksi semakin
meningkat.
- METODE ILMIAH
Mempelajari
tentang pengertian dan ruang lingkup kajian filsafat ilmu maka akan mempelajari
salah satu materi pokok kajian filsafat ilmu, yaitu metode-metode ilmiah.
Bahasan ini penting karena akan banyak mengkaji karakteristik metode kerja ilmiah yang digunakan para ilmuwan, sehigga kajian
ilmiahnya dapat merumuskan dan menemukan kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah
banyak ditentukan oleh ketepatan dalam memilih dan menggunakan metode pengkajinya.
Jika kebenaran ini ditemukan dengan metode yang tepat dan diterima oleh
masyarakat akademik, kebenaran ilmiah dapat diakui oleh berbagai pihak.
Dalam bukunya yang berjudul Novum Organum yang
terbit pada tahun 1620. Francis Bacon mengemukakan bahwa untuk mengembangkan
ilmunya, para ilmuwan mengumpukan secara sisteatis semua informasi yang relevan
tentang suatu subjek dan mengaturnya pada suatu tabel. Seorang ahi filsafat
ilmu, yakni Kari Popper , merumuskan cara-ara melakukan penelitian ilmiah
dengan apa yang dinamakan sistem
hipotheticodecuctive . Mulai dengan satu hipotesis ia merencanakan suatu eksperimen atau
serangkaian pengamatan yang dirancang
untuk menangkal hipotesistersebut. Dalam hal ini hiptesis diuji. Apabila hasil
pengujian tidak sesuai dengan deduksi, hipotesis dimodifikasi atau ditolak.
Apabila hasilnya sesuai maka hipotesis itu diperkuat, tetapi tidak dibuktikan
kebenaranya. Popper berpendapat bahwa
tugas ilmuwan adalah menyangkal hipotesis, karena yang memungkinkan adalah
menyangkal, tetapi tidak mungkin untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin
tahu, kepastian dimulai dengan ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan
kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui
dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti rendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah kita ketahui dalam
kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti
mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterusterang, sejauhmana sebenarnya
kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita
geluti sejak bangku sekolah dasar sampai perguruan tingggi. Berfilsafat tentang
ilmu berarti kita berterus terang kepada
diri kita sendiri, apakah sebenarnya yang kita ketahui tentang ilmu?. Apakah ciri-ciri
yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahun-pengetahun lainnya yang bukan
ilmu?. Bagaimana kita ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahun yang benar?. Kriteria
apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara keilmuannya.
Karakteristik berfikir filsafat
ada 3 yaitu :
1. Bersifat
menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas
lagi mengenai ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral dan kaitan ilmu
dengan Agama dan juga dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan
kepada dirinya.
2. Bersifat
Mendasar. Contoh Seorang ilmuwan meremehkan pengengetahuan lainya, mereka
meremehkan moral, agama dan nilai Estetika, mereka Itu para ahli yang berada di
bawah tempurung disiplin keilmuannya
masing-masing, sebaiknya mereka menengadah ke bintang-bintang dan tercengan
ternyata masih ada langit lain diluar tempurung mereka?. Dan merekapun berang
akan kebodohan mereka. Tujuan berfikir secara filsapat memang memancing
keberangan tersebut, namun bukan berang kepada orang lain melainkan berang
terhadap diri sendiri dan bertenggang rasa terhadap orang lain atau rendah
hati. Kerendahan hati bukanlah verbalisme yang sekedar basa basi. Seorang yang
berfikir filsafat selain menengadah ke bintang-bintang juga membongkar tempat
berpijak secara fundamental.
3. Bersifat
Spekulatif. Apabila kita menyusuri sebuah lingkaran, kita harus mulai dari
suatu titik yang merupakan titik awal dan sekaligus titik akhir, lalu bagaimana
menentukan titik awal yang benarnya?. Secara terus terang tidak mungkin kita
menangguk pengetahuan secara keseluruhan dan bahwa kita tidak yakin akan titik
awal yang menjadi jangkah pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita hanya
berspekulasi saja.
Semua pengetahuan
yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini
dapat memilih buah fikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari
penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan Kriteria tentang apa yang disebut
benar tidak mungkin pengetuahuan lain berkembang diatas dasar kebenaran
(Logika). Tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk, tidak mungkin kita
berbicara tentang moral (Etika), demikian juga tanpa wawasan tentang apa yang
disebut indah atau jelek, tidak mungkin kita berbicara tentang kesenian
(Estetika).
Semua ilmu, baik
ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu social, dilihat dari pengembangannya bermula
sebagai filsafat. Issac Newton
(1942-1627) menulis hukum-hukum fisikanya sebagai Philosohhiae Naturalis
Principia Methematica (1686) dan Adam
Smith (1723-1790) bapak ilmu ekonomi
menulis buku The Wealth on Nations (1776). Namum asal fisika adalah filsafat
alam (natural Philosophy) dan nama ekonomi adalah filsafat moral (moral
philosophy)
Dalam perkembangannya
filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam tarap peralihan ini maka
bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh
melainkan sektoral. Di sini orang tidak lagi mempermasalahkan moral secara
keseluruhan, melainkan mengkaitkan dengan kegiatan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang ilmu ekonomi. Walau demikian dalam taraf ini secara
konseptual ilmu masih mendasarkan diri pada norma-norma filsafat.
Umpamanya ekonomi
masih merupakan penerapan etika dalam kegiatan manusia memenuhi kebutuhannya,
metode yang dipakai adalah normative dan deduktif berdasarkan asas-asas moral .
Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan otonom dari konsep-konsep filsafat dan
bertumpu sepenuhnya pada hakekat alam sebagaimana adanya. Pada tahap peralihan
ilmu masih mendasarkan diri pada nama yang seharurnya, sedangkan dalam tahap
akhir ini ilmu didasarkan atas penemuan alamiah saja. Dalam penyusunan
pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi menggunakan
metode normative dan deduktif, melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif
dengan jembatan yang berupa pengajuan hipotesis sebagai metode
deduct-hypotetico-verifikatif. Tiap ilmu dimulai dengan filsafat dan berakhir
sebagai seni.
Cabang-cabang
Filsafat. Pokok permasalahan yang dikaji
dalam filsafat mencakup tiga segi yaitu
1. Apa yang disebut
benar dan apa yang disebut salah (epistemologi)
2. Mana yang dianggap
baik dan mana yang dianggap buruk (etika)
3. Apa yang termasuk
indah dan apa yang termasuk jelek (estetika)
Ketiga cabang utama filsafat ini kemudan berkembang dan
bertambah dua lagi yaitu
1. Teori
tentang ada; tentang hakekat keberadaan zat, tetang hakekat fikiran serta
kaitan antara zat dan fikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika.
2. Politik;
yakni kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal
Kelima cabang utama ini kemudian berkembang
lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai kajian yang lebih spesifik
diantaranya cabang-cabang filsafat yang kita kenal sekarang ini yaitu :
1. Epistemologi
(Filsafat pengetahuan)
2. Etika
(filsafat Moral)
3. Estetika
(Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik
(Filsafat pemerintahan)
6. Filsafat
Agama
7. Filsafat
Pendidikan
8. Filsapat
Ilimu
9. Filsafat
Hukum
10. Filsafat
Sejarah
11. Filsafat
Matematika
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistemilogi (filsafat
Pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologi ilmu tidak membuat
perbedaan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu social, namum karena
permasalahan-permasalahan teknis bersipat khas, maka filsafat ilmu ini sering
dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu social. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan
masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu social
dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom.
Filsafat ilmu
merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakekat ilmu seperti :
1. Obyek
apa yang ditelaah ilimu?. Bagaimana Wujud Hakiki Obyek tersebut?. Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa
dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan.
Pertanyaan ini berlandaskan Ontologis
2. Bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahun yang berupa Ilmu?. Bagaimana
prosedurnya?. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan
pengetahuan yang benar?. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?. Apakah
kriterianya?. Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu?.
Pertanyaan ini berlandaskan
Epistemologis
3. Untuk
apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?. Bagaimana kaitan atara
penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral?. Bagaimana obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral?. Bagaimana hubungan antara teknis procedural yang merupakan
oprasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral/profesional?. Pertanyaan ini berlandaskan Axiologis.
Dari semua
pengetahuan maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologism,
epistomologis dan axiologis telah jauh berkembang dibandingkan dengan
pengetahuan-pengetahuan lain dan dilaksanakan secara konsekuen dan penuh
disiplin.
Pengetahuan : Manusia adalah satu-satunya mahluk
yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya melainkan lebih dari pada itu.
Pengetahuan dapat berkembang
karena dua hal utama yaitu :
1. Manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut,
2. Manusia
mempunyai kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu atau
disebut penalaran.
Penalaran
merupakan cara berpikir tertentu sehingga ketika melakukan analisis maka
kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal
dari suatu sumber kebenaran yaitu berdasar rasio dan fakta. Ada pendapat bahwa Rasio adalah sumber
kebenaran (rasionalisme) ada juga
pendapat bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalamaan merupakan sumber
kebenaran (Empirisme)
Penalaran
ilmiah pada hakekatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif,
yang selanjutnya masing-masing terkait dengan rasionalisme dan empirisme.
Induktif
adalah cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umun dari
berbagai kasus yang bersifai individual.
Dengan kata lain dalam penarikan kesimpulan dimulai dengan pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dan diakhiri dengan
pernyataan yang bersipat umum
Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum menarik kesimpulan yang bersipat Khusus.
Disamping
Rasionalisme dan Empirisme masih terdapat cara lain untuk mendapatkan
pengetahuan yaitu :
a. Intuisi
yaitu merupaka pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui peroses penalaran.
Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah, tiba-tiba saja
menemukan jawaban atas permasalahan tersebut tanpa melalui proses berpikir yang
berliku-liku secara tiba-tiba muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang
membukakan pintu.
b. Wahyu
yaitu Pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia melalui para
nabi-nabi yang diutusnya sepanjang jaman. Agama mengandung pengetahuan bukan
saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pangalaman, namun juga
mencakup masalah-msalah yang bersifat transsedental seperti latar belakang
penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.
Manusia dengan
segenap kemampuannya seperti perasaan, pikiran , pancaindra dan intuisi mampu
menangkap dalam kehidupannya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam
dirinya dalam berbagai bentuk pengetahuan (Knowledge), umpamanya kebiasaan,
akal sehat, seni, sejarah dan filsafat.
Untuk membedakan
tiap-tiap kelompok pengetahuaan (Knowledge) terdapat tiga kriteria yaitu :
a. Apakah
obyek yang ditelaah menghasilkan pengetahuan, kriteria ini disebut obyek Ontologis seperti ekonomi
menelaah hubungan antara manusia dengan benda/jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya sedangkan manajemen menelaah tentang kerjasama manusia dalam
mencapai tujuan yang telah disetujui bersama.
Obyek Ontologis (pengalaman
manusia) yakni segenap wujud yang dapat dijangkau lewat pancaindra atau piranti
yang membatu kemampuan pancaindra.
b. Cara
apa atau bagaimana mendapatkan pengetahuan itu. Kriteria ini disebut Landasan
Epistemologi yang berbeda untuk setiap pengetahuan manusia. Umpamanya landasan
epistemology matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemology
kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat. Landasan Epistomologis yaitu metode
ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan
pengajuan hipotesis
c. Untuk
apa pengetahuan (Knowledge) itu dipergunakan, dengan kata lain nilai kegunaan
apa yang dipunyai olehnya. Kriteria ini disebut landasan Axiologis yang juga
dapat dibedakan untuk setiap jenis pengetahuan, Contohnya Nilai kegunaan seni
pencak silat berbeda dari nilai kegunaan filsafat atau fisika. Landasan
Axiologis yaitu kemaslahatan manusia artinya segenap wujud pengetahuan itu
secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar